22 Mitra se-Indonesia Berkumpul saling Berbagi Pengetahuan

22 Mitra se-Indonesia Berkumpul saling Berbagi Pengetahuan

“Hari ini kita berkumpul dalam rangka Penguatan Jejaring dan Berbagi Pengetahuan Mitra Ananta Fund. Teman-teman sekalian, saya mengingatkan kembali bahwa Ananta Fund lahir khusus untuk memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia,” ungkap Direktur Program Yayasan KEHATI, Dr. Rony Megawanto saat membuka kegiatan Ananta Fund yang bertajuk Penguatan Jejaring dan Berbagi Pengetahuan Mitra, di Hotel Grand Savero Bogor, pada 24-26 September 2025.

Pertemuan antarmitra Ananta Fund ini menjadi inisiatif penting agar seluruh mitra dapat saling mengenal, baik dari segi kelembagaan maupun program-program yang dijalankan di daerah masing-masing, berbagi pengalaman termasuk praktik baik di lapangan, memperkuat jejaring kerja, serta merumuskan strategi yang lebih baik ke depan guna mencapai dampak yang lebih signifikan bagi OMS di Indonesia.

Kegiatan ini juga turut dihadiri oleh Alexander Irwan, Ford Foundation Director, Indonesia Region; Wakil Direktur Program Yayasan KEHATI, Gita Gemilang; Manager Hibah Yayasan KEHATI, Ali Safari, Asisten Manager Hibah Yayasan KEHATI, Dwi Ocbari; dan Team Leader Ananta Fund, Raudatul Jannah Suraya.

 

Selama tiga hari penuh, energi kolaborasi terpancar dari 21 lembaga Mitra Penerima Hibah (MPH) yang hadir. Seluruh mitra terdiri dari OMS yang berada di kawasan barat, tengah hingga timur Indonesia, yakni:

  1. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Tana Luwu
  2. Cita Tanah Mahardika
  3. Institut Penelitian dan Pengembangan Masyarakat
  4. Jaringan Perempuan Usaha Kecil Rindang
  5. Kartini Manakarra
  6. Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Papua
  7. Papua Paradise Center
  8. Perkumpulan Absolute
  9. Perkumpulan Wallacea
  10. Public Interest Research & Advocacy Center (PIRAC)
  11. Relawan Kesehatan Indonesia
  12. Yayasan Agro Sorgum Flores
  13. Yayasan Amal Khair Yasmin
  14. Yayasan Baileo Maluku
  15. Yayasan Harapan Ibu Papua
  16. Yayasan Kitaji Pinisi Indonesia
  17. Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera
  18. Yayasan Palasara Widya Indonesia
  19. Yayasan Pijar Timur Indonesia
  20. Yayasan Wahana Komunikasi Wanita
  21. Yayasan Walang Perempuan

Sementara itu, The SMERU Research Institute, salah satu mitra pada Siklus Hibah I dan lembaga yang berfokus pada riset, turut hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini.

Meski jadwal pelaksanaan terbilang singkat, akan tetapi kegiatan ini terbagi ke dalam 12 sesi yang padat. Di hari pertama, Ananta Fund menghadirkan sejumlah narasumber yang memicu inspirasi dan diskusi mendalam.

Budhita Kismadi, Direktur Eksekutif Roemah Inspirit dan Associate Director Yayasan PLUS, Novi Meyanto memberikan banyak perspektif tentang kolaborasi Jalin Tenggara dan dukungan yang mereka berikan terhadap OMS Indonesia. Untuk diketahui, Ananta Fund bersama Roemah Inspirit dan Yayasan PLUS merupakan koalisi tiga lembaga yang tergabung dalam Jalin Tenggara (Weaving Resilience hub di Indonesia), dibentuk untuk mendukung penguatan kapasitas OMS tanah air melalui keahlian di bidang masing-masing. Roemah Inspirit fokus menjadi sebuah lembaga komunikasi dengan pendekatan ekosistem, sedangkan Yayasan PLUS berperan pada penguatan kapasitas melalui ketahanan keuangan.

Pada sesi lanjutan, kegiatan ini turut menghadirkan dua (2) lembaga yang juga merupakan mitra Ananta Fund sebagai narasumber:

  1. Heni Kurniasih, Peneliti Senior SMERU Research Institute, mempresentasikan hasil studi dasar mengenai penguatan OMS Indonesia. Studi ini merupakan riset kolaborasi Ananta Fund dan SMERU pada Siklus Hibah I; dan
  2. Ninik Annisa, Direktur Eksekutif PIRAC, berbagi pengalaman dari lokalatih dan pendampingan OMS selama tiga bulan yang dilakukan terhadap 20 OMS, dalam Siklus Hibah II Ananta Fund.

Inti kegiatan tentu saja saat masing-masing OMS  mempresentasikan output, kegiatan, capaian, dan rencana tindak lanjut, serta kisah baik dan pengalaman yang sudah mereka jalankan, terutama setelah mendapatkan dukungan dari Ananta Fund.

Dalam perjalanan program selama satu tahun, Ananta Fund telah melaksanakan dua (2) siklus hibah yang bertujuan untuk penguatan kapasitas OMS, yakni Siklus Hibah II: Lokalatih Tata Kelola dan Strategi Fundraising untuk Keberlanjutan Organisasi ‘Memperkuat Kapasitas, Membangun Kemitraan, Melipatgandakan Dampak Sosial’ kepada 20 OMS penerima manfaat di wilayah tengah dan timur Indonesia, serta pendampingan selama tiga (3) bulan yang dilaksanakan oleh PIRAC; serta Siklus Hibah III berupa inkubasi pengembangan bisnis terhadap 20 OMS lokal di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia, bertajuk Innovation Lab bekerja sama dengan Yayasan PLUS/Re.Search (Resource Hub for Strengthening Capacity on Financial Resilience).

Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) merupakan salah satu mitra Ananta Fund yang memiliki latar belakang organisasi kemanusiaan untuk memperjuangkan hak pelayanan kesehatan, “karena banyaknya problem akses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, sehingga kami mendampingi warga yang membutuhkan akses pelayanan kesehatan yang tepat,” ujar Agung Nugroho, Ketua Umum Rekan Indonesia. Sejumlah kegiatan yang dilakukan mulai dari pendampingan, donor darah setiap tiga (3) bulan sekali, hingga membentuk Komunitas Warga Siaga yang bertujuan untuk membantu warga sakit atau ibu melahirkan.

Organisasi yang berbasis di Jakarta ini menjadi mitra Ananta Fund pada Siklus Hibah III, berpartisipasi dalam inkubasi Innovation Lab. Meskipun fokus utama organisasi adalah pelayanan kesehatan, unit bisnis yang mereka jalankan cukup unik, yaitu produk makanan dimsum dan katering. Agung Nugroho menjelaskan bahwa dukungan Ananta Fund telah membawa perubahan signifikan, terutama dalam pembenahan manajemen.

“Kami sekarang mulai menata manajemen, mulai ada pembukuan rutin, packaging sudah mulai berubah menjadi box yang go green, meningkatkan hasil produksi, dan memiliki ide baru yang muncul dari mentoring,” pungkas Agung.

Sementara itu, di tengah tantangan terkait regenerasi kepengurusan OMS, Cita Tanah Mahardika, sebuah organisasi dari Gowa, Sulawesi Selatan, muncul sebagai angin segar. Keunikan organisasi ini terletak pada komposisi kepengurusannya yang didominasi oleh 90% anak muda termasuk aktivis mahasiswa. Hal ini menunjukkan potensi besar generasi muda dalam menggerakkan perubahan sosial.
“Dari situ kami merefleksikan bahwa gerakan sosial tidak hanya dari idealisme, kami melihat perlu ada organisasi yang secara demokrasi mengajak anak muda di kampung sebagai penggerak,” kata Amalia Fauziah, salah satu staf Cita Tanah Mahardika yang menjelaskan filosofi di balik gerakan mereka dengan penuh semangat.

Cita Tanah Mahardika fokus pada tiga (3) isu utama yakni pengembangan dan penguatan organisasi rakyat, pendidikan kritis anak muda, dan riset partisipatif dan upaya lingkungan.
Lembaga ini juga ingin membangun ruang dialog sebagai pondasi, “Kami menggunakan metode listening survey, semacam observasi jalan-jalan ke rumah orang-orang yang tidak pernah didengar, tidak pernah dilibatkan dalam organisasi, dan melaksanakan lokakarya yang berasal dari kebutuhan komunitas.”

Yanes Loppies, Program Manager Walang Perempuan, memulai presentasinya dengan makna di balik nama Walang Perempuan.
“Dalam Bahasa Jawa, walang artinya belalang, tapi dalam Bahasa Maluku itu rumah. Rumah bagi Perempuan. Walang Perempuan adalah lembaga yang berdiri untuk melakukan advokasi terhadap kekerasan pada perempuan dan anak,” jelasnya.
Organisasi asal Ambon, Maluku ini hadir sejak 2007 dengan beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan salah satunya kepemimpinan perempuan dalam adaptasi iklim.

Ia memaparkan, dukungan dari Ananta Fund telah membawa perubahan positif bagi lembaganya. Perubahan tersebut mencakup penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP), penyusunan laporan keuangan, pemahaman yang lebih baik tentang penyimpanan produk dan kemasan, serta peningkatan kapasitas lembaga secara keseluruhan.
“Refleksi kami kolaborasi yang lebih luas bagi OMS untuk saling belajar dan bertukar pengalaman.”

Seluruh rangkaian acara ini difasilitasi dengan apik oleh Said Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), mitra Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI.
“Mudah-mudahan ini adalah sumbangsih kita kepada negeri Nusantara yang kita cintai ini dengan membangun dialog dan pembelajaran supaya kita bisa memperkuat Indonesia yang kita cintai,” kata pria yang akrab disapa Kang Ayip ini.

Penguatan Jejaring dan Berbagi Pengetahuan Mitra Ananta Fund tidak hanya menjadi ajang pertukaran ide dan pengalaman, namun juga memberikan bekal praktis. Sesi Pelatihan dan Praktik Foto Produk yang dipandu oleh Admin Officer Ananta Fund, Madonna Sianly, bertujuan untuk membekali para mitra dengan keterampilan yang diperlukan dalam memaksimalkan promosi unit bisnis mereka. Melalui pelatihan ini, diharapkan setiap mitra dapat menghasilkan konten visual yang menarik dan profesional, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing produk dan layanan mereka di pasar.

Pada hari terakhir kegiatan, seluruh mitra berpartisipasi aktif dalam menyepakati Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dirancang untuk memperkuat jejaring dan memupuk kolaborasi berkelanjutan di antara para mitra. Poin-poin penting dalam RTL tersebut meliputi: pemetaan kebutuhan lembaga, pengadaan sharing session secara rutin, pembuatan website dan media sosial, promosi bersama, advokasi dan layanan konsultasi hukum, hingga pembentukan forum kolaborasi multi pihak.
RTL ini mencerminkan komitmen antarmitra untuk tidak hanya berbagi, tetapi juga tumbuh bersama melalui kolaborasi berkelanjutan.

Categories: